Pohon kecapi merupakan pohon yang rimbun dan besar,
tingginya ±14 m. Batang tumbuh tegak, bulat, berkayu, berwarna coklat kotor,
permukaan kulit kayu kasar, diameter batang ± 23-25 cm. Daun kecapi merupakan
daun majemuk beranak daun tiga, berbentuk lonjong, tepi anak daun rata, ujung anak
daun meruncing, pangkal anakj daun membulat, pertulangan daun menyirip,
permukaan halus, mengkilat, berwarna hijau tua, panjang 12-20 cm, lebar 9-14
cm, tangkai bulat, panjang 5-7 cm, duduk daun berseling. Buah kecapi berbentuk
bulat, berwarna kuning, dan berambut halus.
Bunga kecapi tersusun dalam malai di ketiak daun,
berambut, menggantung, sampai dengan 25 cm. Bunga berkelamin dua, bertangkai
pendek; kelopak bertajuk 5; mahkota 5 helai, kuning hijau, lanset sungsang, 6-8
mm; samar-samar berbau harum. Buahnya bertipe buni, berbentuk bulat pipih,
berdiameter 5-6 cm, berwarna kuning keemasan, berbulu halus, daging buah bagian
luarnya tebal dan keras, berwarna merah daging dan buah rasanya asam, daging
buah bagian dalam lunak, berwarna putih, rasanya asam sampai manis, biasanya
melekat pada biji. Bijinya 2-5 butir per buah, berbentuk bulat telur, sungsang,
berwarna coklat, berukuran besar, keeping bijinya berwarna merah (Siregar,
2016).
Buah kecapi biasanya digunakan sebagai
bahan pencita rasa dengan memberikanrasa asam pada masakan atau dikonsumsi
dalam bentuk segar. Selain itu buah
ini dapat
diolah menjadi selai manisan, sirup, minuman beralkohol
yang difermentasi bersama beras.
Buah kecapi mengandung antioksidan seperti
beta karoten dan subtansi bioaktif
polifenol dalam jumlah besar, yaitu 6,5 millimbos
per 100 gr buah segar. Zat tersebut
berperan sebagai anti-oksidatif serta anti karsinogenik
yang berkhasiat untuk mencegahterjadinya penyakit kanker. Daun kecapi secara tradisional juga diketahui dapat mengurangi gejala sakit perut
dan demam. Sedabgkan,
kulit batang yang
diserbukkan dapat mengobati penyakit cacing gelang.
Penggunaan akarnya sebagai anti diare. Banyaknya
khasiat buah kecapi diatas disebabkan
karena mengandung senyawa polifenol yang tinggi (Sinala et al.,
2018).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar